Sebagai konsumen kelas menengah, menurut saya Sari Roti adalah roti
terenak sampai saat ini. Di awal kemunculannya dulu (saat saya ngeh ada produk
roti bantalnya), harganya masih di bawah 2 ribu, terjangkau untuk produk yang
enak.
Roti bantal berisi selai cokelat dan kacang menjadi favorit saya,
walaupun sudah lupa kapan terakhir kali beli. Maklum harganya yang sekarang membuat
saya harus sering beralih dulu ke merek lain.
Sepekan terakhir jagad dunia maya dihebohkan dengan kontroversi
pengumuman klarifikasi Sari Roti. Berbagai pihak ‘ternama’ dan netizen pada
umumnya bereaksi untuk menyuarakan opini terkait pengumuman dari PT. Nippon
Indosari Corpindo Tbk itu.
Pengumuman ini dirilis di website resmi perusahaan, berisi klarifikasi
bahwa perusahaan tidak terlibat dalam bagi-bagi roti gratis pada Aksi Super
Damai 212 (Aksi Bela Islam Jilid III) tanggal 2 Desember 2016.
Terkait pengumuman ini, ada yang netral, ada yang pro Sari Roti dan
ada pula yang menghujat sampai mendukung aksi boikot terhadap produk roti ini. Akhirnya
kasus ini menjadi viral dan trending topik di dunia maya. Inilah bunyi
klarifikasinya:
PENGUMUMAN
Jakarta - Sehubungan dengan
beredarnya informasi mengenai adanya pembagian produk Sari Roti secara gratis
oleh penjual roti keliling (hawker tricycle) pada Aksi Super Damai 212, dengan
ini kami sampaikan bahwa:
- PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. selaku produsen produk Sari Roti memberikan apresiasi sebesar-besarnya atas terlaksananya Aksi Super Damai 212 yang berjalan dengan lancar dan tertib pada tanggal 2 Desember 2016.
- PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. senantiasa berkomitmen menjaga Nasionalisme, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika dengan senantiasa berusaha untuk menjadi perusahaan kebanggaan Indonesia.
- Dengan tidak mengurangi apresiasi kami atas Aksi Super Damai kemarin, dengan ini kami sampaikan bahwa PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. tidak terlibat dalam semua kegiatan politik. Kemunculan informasi mengenai pembagian produk Sari Roti secara gratis oleh penjual roti keliling (hawker tricycle), merupakan kejadian yang berada diluar kebijakan dan tanpa seijin PT Nippon Indosari Corpindo Tbk.
Sehubungan dengan hal tersebut
diatas, dengan ini PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. menyampaikan bahwa:
- Produk Sari Roti tersebut adalah produk yang dibeli oleh salah seorang Konsumen melalui salah satu Agen yang berlokasi di Jakarta.
- Pihak Pembeli meminta agar produk tersebut dapat diantarkan ke area pintu masuk Monas dan dipasangkan tulisan “gratis” tanpa pengetahuan dan perijinan dari pihak PT Nippon Indosari Corpindo Tbk.
Demikian
informasi ini kami sampaikan agar tidak terjadi kesalahpahaman diberbagai
pihak. PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. berkomitmen untuk selalu menjaga
Nasionalisme, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka
Tunggal Ika, serta tidak terlibat dalam semua aktivitas kegiatan politik.
Pengumuman ini menimbulkan banyak persepsi
(multitafsir), dan menurut saya persepsi negatif terhadap produk/perusahaanlah
yang paling banyak bermunculan. Alih-alih meluruskan kesalahpahaman, justru
klarifikasi ini malah menimbulkan ‘kesalahpahaman’ baru yang lebih besar.
Pendukung atau simpatisan Aksi Super Damai 212
merasa tersakiti dengan klarifikasi Sari Roti yang menyatakan bahwa aksi
pembagian roti gratis tidak resmi dari perusahaan Sari Roti, namun ada konsumen
yang memborong roti lalu dibagikan gratis. Perusahaan enggan dianggap sebagai pendukung
Aksi Super Damai 212 yang pada intinya menuntut Ahok segera diproses hukum terkait
kasus penistaan Al-Qur’an dan doa bersama untuk kebaikan NKRI.
Belum lagi kalimat-kalimat setelahnya yang
seakan ‘menuduh’ bahwa Aksi Super Damai 212 termasuk aktivitas kegiatan politik
serta ‘mengguncang’ keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan
Bhinneka Tunggal Ika. Lebih jauh lagi, Sari Roti kemudian dituduh lebih membela
Ahok.
Gerakan boikot kemudian tidak terbendung. Mulai dari personal, pedagang sampai perusahaan ikut serta memboikot Sari Roti. Ada juga netizen yang mengaku sudah 7 tahun berlangganan Sari Roti dan setiap hari
belanja hingga jutaan rupiah untuk dibagikan kepada karyawannya, setelah
membaca klarifikasi tersebut dia mengaku akan berpindah produk.
Bermunculan foto yang ungkapan kebencian,
seperti roti Sari Roti yang diinjak, dibuang di tempat sampah hingga papan
pengumuman yang menulis bahwa di toko tersebut kini tidak lagi menjual produk
Sari Roti.
Saya pribadi sangat menyayangkan aksi injak
dan buang makanan, lebay sekali. Ini termasuk perbuatan yang mubazir, sia-sia
karena membuang-buang makanan (meskipun ada klarifikasi dari pengupload bahwa
produknya sudah kadaluarsa).
Islam sendiri tidak mengajarkan demikian,
terlepas dari makanan itu layak atau tidak untuk dikonsumsi, sebaiknya tidak melakukan
hal yang berlebihan. Kalau mau memboikot ya cukup dengan menyuarakan pendapat
dengan sopan dan tidak menjual serta membeli produknya saja. Produk kadaluarsa
dibuang tanpa perlu diupload fotonya segala.
Aksi boikot benar-benar dahsyat, efeknya
tidak menunggu lama. Hanya dalam waktu kurang dari 24 jam, jutaan netizen
menyatakan dukungan gerakan boikot di berbagai media sosial. Bahkan, muncul ancaman
menutup pabrik Sari Roti jika tidak segera meminta maaf.
Pada 7 Desember 2016 saham Sari Roti
langsung anjlok. Penjualan produk kemudian ikut menurun. Pengumuman di website resmi Sari Roti yang menuai kontroversi
ini akhirnya dihapus.
Sari Roti merupakan produk dari perusahaan
besar yang telah menguasai medium penjualan. Ada total 10 pabrik yang tersebar
di berbagai kota besar di Indonesia. Produk mereka mudah ditemukan di mana
saja, dari pedagang keliling, toko kelontong sampai minimarket.
Sebanyak 31,5 persen saham Sari Roti
dimiliki PT. Indoritel Makmur International Tbk. Selain Sari Roti, Indoritel
juga membawahi PT. Indomarco Prismatama (Indomaret) dan PT. Fastfood Indonesia
(KFC).
Bermodalkan jaringan dan sokongan sebesar
itu, kini ketahanan usaha Sari Roti tengah diuji oleh aksi boikot. Para pekerja
pabrik dan penjual roti keliling bakal terpukul pertama kali dan merasakan
dampak yang paling keras.
Terlepas dari pengumuman klarifikasi ini
diinisiasi oleh pihak manajemen Public
Relation perusahaan atau perintah langsung dari Direktur sampai Presiden Direktur.
Apapun maksud dan tujuan sebenarnya, apakah tidak ingin dianggap mendukung Aksi
Super Damai 212 atau sengaja sebagai strategi untuk menaikkan branding.
Saya rasa klarifikasi ini terlalu berlebihan
sehingga ditafsirkan negatif oleh banyak pihak, terutama umat muslim. Ini yang
menjadi inti masalahnya.
Saya berharap pihak perusahaan meminta maaf secara terbuka, lisan dan tertulis kepada umat Islam, khususnya peserta dan pendukung Aksi Super
Damai 212 terkait hal ini. Sejak awal pun saya rasa tidak ada yang beranggapan
bahwa pembagian roti secara gratis adalah resmi dari perusahaan. Tempelan gratis
pun hanya memakai kertas dan tulisan tangan biasa. Jika resmi dari perusahaan,
pasti disiapkan dengan lebih baik.
Sari Roti harus menjadi pihak yang ‘mengalah’
agar aksi boikot tidak semakin membesar sehingga bisa menyelamatkan perusahaan
dan pihak-pihak terkait yang menggantungkan penghasilannya lewat produk brand
Sari Roti.
Saya yakin pegawai dan pembeli Sari Roti di
Indonesia sebagian besar adalah umat Islam. Sehingga harus menjadi pertimbangan
bagi perusahaan untuk tidak melakukan hal-hal yang bisa menimbulkan kesalahpahaman
dan kerugian bagi berbagai pihak. Semoga ini menjadi pembelajaran bagi semua
pihak.
Terkait kasus ini, di sisi manapun kamu
berpihak (netral, pro atau kontra aksi boikot), itu adalah hak kamu. Saya harap
sudah dipikirkan dengan jernih dan matang untuk kebaikan bersama. Tulisan ini hanya opini pribadi yang tidak bermaksud menyakiti siapapun, saya sendiri bersikap netral dan menginginkan kebaikan bagi kita bersama. Salam sukses 2 dunia.
Referensi
dan sumber foto: tribunews.com, kini.co.id, tarbiyah.net, katadata.co.id.
0 Response to "Pengumuman Klarifikasi Sari Roti Menuai Aksi Boikot, Mari Berpikir Jernih"
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya :)