|
Sally Giovanny Owner Batik Trusmi |
Siapa bilang sukses di usia muda
itu tidak mudah? Ya, memang tidak mudah. Di balik pencapaian luar biasa,
terdapat kerja keras dan semangat optimis untuk tidak mudah menyerah. Rela
untuk melakukan pengorbanan besar dan siap melewati cobaan serta rintangan yang
menghadang.
Kisah sukses Sally Giovanny,
pengusaha muslimah muda dan cantik dalam membesarkan nama Batik Trusmi berikut
ini akan membuat sobat muslim makin termotivasi untuk mengejar kesuksesan yang
dicita-citakan.
Batik Trusmi Cirebon
Batik Trusmi telah menjadi salah
satu oleh-oleh khas Cirebon. Bukan satu-satunya toko atau
brand batik di Cirebon, tetapi menjadi salah satu yang tersohor dan
terbesar di Cirebon.
|
Batik Trusmi |
Nama Trusmi diambil dari nama
daerah setempat, yaitu Trusmi. Zaman dahulu ada pangeran Trusmi. Trusmi yang
biasa dikatan orang-orang ‘trus bersemi’. Sally berharap dengan memakai nama
ini usahanya bisa terus bersemi (terus berkembang). Selain itu juga
terinspirasi dari Batik Malioboro yang memakai nama jalan di daerah sekitarnya.
|
Pakaian pria Batik Trusmi |
Batik Trusmi merupakan ikon batik
khas Cirebon yang tersohor dengan kualitasnya yang bagus, bahannya halus dan
motifnya indah. Batik Trusmi mengedepankan desain unik dan berkualitas,
sehingga tidak masalah jika pelanggan komplain perihal harga yang relatif mahal.
Selain itu Sally berusaha untuk selalu memperhatikan selera pelanggan dengan
terus menjaga kualitas produk yang bagus dengan harga murah, tetapi tidak
murahan.
Motif Batik Trusmi yang terkenal
di antaranya adalah motif mega mendung. Motif ini memiliki filosofi hidup yang
dalam dengan menggambarkan kehidupan sosial budaya penduduk Cirebon.
Produk Batik Trusmi meliputi
busana batik pria, wanita, anak-anak dan kain batik tradisional dari bahan
katun sampai sutera. Selain itu, perusahaan menerima order seragam batik dengan
motif bisa sesuai permintaan pelanggan.
Owner, Sally Giovanny dan suami
Sally Giovanny, muslimah cantik kelahiran
asli Cirebon pada 25 September 1988. Berasal dari keluarga dengan latar
belakang ekonomi yang terbilang tidak begitu mapan.
|
Sally Giovanny bersama suami |
Sally lahir dan besar dalam
keluarga broken home. Sejak usianya
enam tahun, orangtuanya telah bercerai. Dia kemudian tinggal bersama ibu dan
seorang adiknya. Sang ibu membuka warung sembako untuk membiayai hidup
keluarga.
Sally Giovanny merupakan mualaf cantik
yang menjadi young entrepreneur,
founder dan owner Batik Trusmi. Bersama suaminya, Ibnu Riyanto mendirikan
perusahaan Trusmi Grup. Jaringan usaha ini kemudian tidak hanya bergerak di
bidang ritel batik dan fashion, tetapi merambah di bidang properti (PT. Raja
Sukses Propertindo), rental mobil dan kuliner khas Cirebon.
Sally pernah berada dalam kondisi
terpuruk, ketika ditipu orang hingga usahanya hampir bangkrut. Dia ‘marah’ dan ‘menghakimi’
Tuhan karena merasa usaha kerasnya tidak dihargai.
Hidayah kemudian datang dan
membuatnya sadar bahwa selama ini mereka kurang berbagi kepada sesama. Akhirnya
Sally semakin dekat dengan Allah SWT. Ibadah menjadi sebuah kebutuhan. Timbul
motivasi yang membuat pasangan suami istri ini lebih giat bekerja dan
beribadah.
Awal mula perjalanan merintis usaha
Pencapaian luar biasa diawali
oleh kerja keras yang tidak biasa. Harus bisa melewati berbagai ujian dan
tantangan berat. Perlu ketekunan dan mental baja untuk menjalani dan melalui
semuanya untuk meraih kesuksesan.
|
Sally berjuang keras untuk sukses |
Saat berumur 18 tahun setelah
lulus SMA, Sally memutuskan untuk berwirausaha dan membantu perekonomian
keluarga. Sally terpaksa menerima kenyataan bahwa dirinya tidak bisa
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena keterbatasan biaya.
Sally kemudian meminta izin
kepada orangtuanya untuk menikah, karena dia yakin dengan menikah hidupnya bisa
menjadi lebih baik dari sebelumnya. Ia juga ingin membahagiakan ibunya dengan
tidak menjadi beban. Sang ibu awalnya tidak merestui, namun akhirnya luluh
setelah melihat kesungguhan dan kerja keras anaknya selama ini dengan membantu
berjualan.
Usaha batiknya dirintis bersama
suami sejak menikah pada tahun 2006. Saat menikah, banyak orang yang melihat
dengan sinis dan prihatin karena usia mereka yang sama-sama muda dengan
pekerjaan belum jelas. Dari situlah, mereka bertekad membuktikan kepada semua
orang bahwa mereka bisa membangun keluarga dengan baik dan hidup sukses.
Keduanya sepakat untuk berwirausaha meskipun awalnya Sally tinggal di rumah
mertua untuk menghemat biaya hidup.
Modal awal untuk usaha adalah
uang amplop pemberian tamu saat walimahan sekitar 37 juta. Mulanya mereka membeli
kain mori atau kain putih polos sebagai bahan batik untuk dijual kembali dengan
modal 15 juta. Keuntungan per lembar kain sekitar Rp. 8.000 pada waktu itu.
Pada mulanya Sally tidak berpikir
untuk membuat batik karena tidak mengerti sama sekali tentang batik. Sehingga
banyak orang yang membeli kain kepadanya untuk dijadikan kain kafan. Mereka
kemudian berpikir ulang untuk tidak menjual kain mori, karena resiko tidak laku
dan kerusakan kain yang harus ditanggung.
Setelah lima bulan berjalan,
Sally mengalami kerugian. Modal sebesar 3 juta habis karena ternyata lebih
banyak dipakai untuk kebutuhan mendadak seperti untuk makan sehari-hari,
belanja, biaya berobat dan kebutuhan hidup lainnya.
Sally kemudian mengikuti saran
mertuanya untuk menggunakan kain yang tersisa dan dijadikan batik. Dengan sisa
modal 12 juta, dia menyerahkan kain mori masing-masing 50m kepada para
pengrajin batik kecil di daerah tempat tinggalnya, di Trusmi.
Akhirnya mereka beralih usaha
dengan berjualan batik Khas Cirebon atau Batik Trusmi. Cara berjualannya dengan
menawarkan ke pasar-pasar di Bandung, Jakarta dan Surabaya. Sally tidak
mengenal lelah, ia terus semangat berkeliling ke tiga kota tersebut untuk
mendagangkan batiknya.
Dengan uang yang tersisa dan
mobil pinjaman dari saudaranya, Sally mencoba berjualan di Pasar Tanah Abang
Jakarta didampingi suaminya. Sally terus belajar dengan bertanya ke sana sini
mengenai model batik yang laris di pasaran waktu itu. Sally akhirnya mempunyai
tiga toko batik sampai tahun 2011.
Sejak pertama kali mendapatkan
penghasilan dari berjualan batik Trusmi, Sally memutuskan untuk memproduksi
batik dengan desain/motif yang unik dan berkualitas dengan harga yang lebih mahal.
Lebih baik dikomplain harga dibandingkan mutu produk.
Keuntungan dikumpulkan sedikit
demi sedikit untuk terus mengembangkan bisnisnya. Cobaan selanjutnya datang
ketika ditolak berulang kali saat ingin membeli pabrik bekas di desanya. Tidak
menyerah, akhirnya mereka mampu membeli pabrik tersebut dengan segala
perlengkapannya menggunakan agunan rumah orangtua, rumah pribadi dan kendaraan.
Rumah di Jalan Trusmi Kulon No
129 disulap menjadi toko batik pertama untuk tempat usaha batik atau butik
batik dan ruang pamer bernama Batik IBR. Saat pertama kali membuka usaha,
karyawannya hanya dua orang. Setelah dua tahun berjalan, batik mulai booming sampai permintaan pelanggan
tidak mampu dipenuhi.
Sally kemudian membangun toko kedua
di daerah Trusmi, Cirebon. Tepatnya di Jalan Trusmi Kulon No 148 Plered,
Cirebon. Toko keduanya ini lebih luas dan berada tidak jauh dari toko yang
pertama. Pada akhir tahun 2009, usahanya cepat melesat karena batik yang saat
itu sedang naik daun di tambah daerah Trusmi yang ramai sebagai daerah tujuan
wisata.
Pada 2011 Sally mempunyai empat
ruang pamer batik di Cirebon dengan nama Batik IBR, Batik Trusmi (berganti nama
menjadi Batik Nayla), Batik Raja dan Batik Trusmi yang dibuka awal tahun 2011.
Ibu dari Faisal Annur dan Nayla
Almahira ini mengatakan bahwa usahanya bisa melejit dengan pesat karena diberkahi
oleh Allah SWT. Sally beserta suami memang tidak memiliki latar belakang
bisnis, tetapi orangtua mereka berdua sama-sama pebisnis sehingga bisa belajar
dari mereka.
Sally mengungkapkan bahwa mereka
kerap menemui kendala dalam merintis usahanya, apalagi usahanya dimulai dari
nol. Seperti sepi pembeli sampai pembayaran pelanggan yang mandet. Semua itu
dilalui dengan kesabaran dan alhamdulillah berkah.
Misi utama Trusmi tidak hanya
sekedar profit oriented semata,
tetapi juga tanggung jawab budaya untuk melestarikan seni batik (cultural business mission).
Sekarang sudah sukses
Berawal dari toko kecil, sekarang
Trusmi sudah menjadi pusat grosir batik terbesar dan terluas di Indonesia serta
online shop batik terlengkap dengan nama eBatikTrusmi.com
|
Sally menjadi salah satu miliarder muda berusia 26 tahun |
Luas toko Pusat Grosir Batik
Trusmi Cirebon mencapai 1,5 hektare. Sekarang karyawannya berjumlah lebih dari
850 orang dan bekerja sama dengan 500 lebih pengrajin batik. Ruang pamer atau showroom Batik Trusmi di Cirebon
merupakan yang terbesar di Jawa Barat dan dibuat dengan konsep one stop shopping. Pengunjung bisa
berwisata kuliner, belanja berbagai aksesoris kerajinan tangan khas Cirebon,
belajar membatik di workshop batik
dan berbelanja batik Trusmi tentunya. Ada juga tempat permainan anak-anak dan
pijat refleksi bagi para pengunjung yang kelelahan.
Sekarang Sally memiliki 9 showroom di beberapa kota besar di
Indonesia, di antaranya Cirebon, Bandung, Jakarta, Surabaya dan Medan. Tahun 2016 Sally berencana untuk
membuka outlet batik di beberapa negara.
Batik Trusmi telah dijual juga ke
luar negeri, yaitu ke beberapa negara di Eropa dan Amerika melalui eksportir
asal Bali. Batik yang dijual ke sana biasanya terbuat dari sutera. Sekitar
7.000 potong kain batik sutera dikirim ke Bali setiap minggunya untuk diekspor.
Kain batik tersebut dibuat menjadi pakaian dan aksesori oleh para desainer di
sana.
Omzet batik Trusmi yang mencapai
100 juta per hari menjadikannya salah satu miliarder muda saat berusia 26 tahun.
Kesuksesan Sally tidak lepas dari
sifat dermawan yang dimilikinya. Menurutnya sedekah itu menyehatkan,
memperpanjang umur dan memperbaiki kehidupan menjadi lebih baik. Sedekah
mendatangkan berkah dan rezeki yang berkali-kali lipat dari arah yang tidak
disangka-sangka.
Sedekah bukan hanya sedekah
harta, tetapi juga sedekah waktu dengan cara menjalankan sunnah-sunnah. Seperti
melaksanakan sholat dhuha, sholat tahajjud, sholat tasbih, tilawah Al-Qur’an,
datang ke pengajian dan lain sebagainya.
Prestasi membanggakan
|
Sally meraih banyak penghargaan |
- Pendiri Yayasan Rizky Berlimpah
Berkah. Yayasan ini membantu pengobatan bagi mereka yang kurang beruntung.
Bantuan untuk yayasan ini berdatangan dengan sendirinya.
- Pendiri delapan rumah tahfidz
yang melahirkan para penghafal Al-Quran.
- Pemegang Rekor Muri 2013 dan 2014
untuk kategori “Pemilik Toko Batik Terluas (Pusat Grosir Batik Trusmi) pada
usia termuda 22 tahun 4 bulan 11 hari.”
- Peraih Penghargaan “Indonesian
Creativity Award” untuk Kelompok “The Best Design and Quality Product of The
Yeaar”.
- Peraih Penghargaan “Koperasi dan
UKM Festival 2013” atas Partisipasi Sebagai Pembicara Utama.
- Peraih Certificate of Achievment
TOP 50 Leader of The Year 2013 untuk kategori “Top Quality Product Excellent”.
- Peraih Piagam Penghargaan sebagai
“Eksekutif Berprestasi Indonesia 2013” oleh Forum Peduli Prestasi Bangsa (FPPB).
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah perjalanan Sally dalam meraih kesuksesan. Teruslah bergerak maju untuk meraih impian. Yakinlah semua orang berhak untuk meraih kesuksesan. Salam sukses dua dunia :)