Jangan
menunggu sampai kaya dulu, baru kemudian berinfaq atau sedekah. Tapi kita harus
rajin berinfaq walau saat ini sedang kekurangan. Dengan rajin berinfaq,
insyaallah akan dikayakan. Dengan begitu persepsi kita terhadap uang itu
bernilai kecil, tidak ada angka besar dalam pikiran kita. Yakinlah bahwa ada
angka yang lebih besar dibandingkan dengan uang yang sudah diinfaqkan.
Cara Berinfaq seperti ini akan memperbaiki pandangan kita tentang
angka. Mungkin Kita belum pernah merasakan bagaimana menginfaqkan barang yang sangat berharga, misalkan mobil. Cobalah, rasakan sensasinya.
Seringlah
lakukan berinfaq saat sedang punya sedikit uang. Sampai bisa menganggap uang
besar bernilai kecil ketika diinfaqkan. Kalau belum mampu menginfaqkan
semuanya, coba sebagian diinfaqkan.
Sembari
terus berinfaq, bagi yang belum mempunyai bisnis, maka mulailah melakukan bisnis nyata. Jangan terus bergantung
pada gaji dari pekerjaan tetap saat ini. Tidak selamanya kita berada pada
posisi itu, sedangkan gaya hidup semakin hari terus berubah. Jadi setiap kali mendapatkan penghasilan dari gaji
pekerjaan ‘sirkulasi’, harus waspada. Pendapatan paling bagus tetap berasal dari bisnis. Maka sekaranglah saatnya belajar untuk terjun ke dunia bisnis.
Jatuh
bangun dalam berbisnis itu hal lumrah, bisnis bicara tentang belajar. Kesuksesan
itu tidak datang dengan instan. Terus berbisnis, lakukan sendiri atau bersama
tim. Sesibuk apapun, jenis pekerjaan apapun, kita perlu punya bisnis walaupun awalnya
kecil-kecilan. Dari bisnislah mengalir sumber rezeki yang sebenarnya. Sumber
kekayaan adalah datang dengan cara berbisnis. Fakta bahwa 9 dari 10 pintu
rezeki datang dari perniagaan, hanya satu yang datang dari keterampilan tangan sebagai
seorang profesional.
Sepintar
dan seprofesional apapun bekerja, jika sumber rezeki hanya satu, misalkan dari
gaji bulanan maka uang akan terbatas. Lewat berbisnis, kesempatan membuka kran
rezeki yang lainnya lebih terbuka lebar.
Kegagalan
dalam bisnis itu hal biasa, bahaya kalau tidak pernah gagal. Jika mengalami
gagal saat usaha kita belum lama berjalan, justru lebih bagus, bisa menjadi
pembelajaran. Kalau gagalnya ketika bisnis sudah besar, tanpa pernah merasakan
pengalaman gagal sebelumnya, ini cukup bahaya. Teruslah bangkit dari kegagalan,
jangan berputus asa. Penulis pun sudah mencoba berbagai macam bisnis, hanya
beberapa yang berjalan dan baru menghasilkan uang. Jangan salah mengira bahwa
orang kaya itu ketika membuka bisnis apapun bisa dengan mudahnya menghasilkan
uang. Tidak juga, itu karena faktor pantang menyerah dan terus bekerja keras.
Gagal
itu wajar, rugi itu biasa, jangan kaget atau frustasi. Jangan selalu berpikir
dengan berbisnis akan cepat kaya, penentu cepat berhasilnya suatu bisnis
tergantung seberapa cepat kita belajar. Seberapa cepat kita memperbaiki
kesalahan dan pandai memanfaatkan peluang.
Belajar
bisa dengan dua cara, membaca atau sekolah dan bergaul dengan orang-orang
sukses. Kalau sudah melakukan keduanya masih belum berhasil, terus lakukan
karena kita tidak tahu kapan berjumpa dengan momentum menuju kesuksesan.
Sumber: ringkasan anismatta/fb
wahid ahmadi
0 Response to "Hakikat Bisnis dan Infaq dalam Islam (Rangkuman Taujih Ustad Anis Matta)"
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya :)