PROMO JANUARI 2017

Belajar Strategi Bisnis dari Kisah Nabi Nuh dalam Menghadapi “Banjir Bandang”

Besok, Rabu tanggal 9 Maret 2016 akan terjadi gerhana matahari. Momen langka yang muncul dalam beberapa tahun terakhir. Namun, kita tidak akan membahas gerhana kali ini. Rendy Saputra, CEO KeKe Busana, akan membuka mata kita untuk segera membangun “Bahtera Nuh” dalam menghadapi “Banjir Bandang” perubahan. Mari kita simak kisahnya.

---

Terkisah Nabi Nuh ‘Alaihissalam yang diuji oleh ummat yang sukar diajak untuk beriman. Terkabar Ilahi akan hadirnya banjir bandang. Nabi Nuh AS kemudian membangun kapal di atas gunung nan tinggi. Semua orang mengejek, mencela, bahkan menganggap gila. Tak hanya ummatnya, anaknya pun tak sanggup ia selamatkan.

Belajar Strategi Bisnis dari Kisah Nabi Nuh dalam Menghadapi “Banjir Bandang” lisucorp lisubisnis bisnis muslim

Banjir besar pun datang. Menyapu peradaban. Kecuali mereka yang beriman. Yang memilih menaiki bahtera harapan. Itulah sejengkal kisah peradaban. Dihadirkan agar diambil pelajaran.

---

Kali ini Saya tidak pada posisi membahas kisah Nabi Nuh sebagai seorang ulama. Karena memang Saya tidak pakar dalam hal tersebut. Namun ijinkan hamba nan bodoh ini mengambil ibroh bisnis dari kisah Nabi Nuh.

Kisah Nabi Nuh dan kapalnya mengusik fikiran Saya semalaman suntuk. Bagaimana kisah Nabi Nuh ini berkesuaian dengan apa yang terjadi dalam dunia bisnis sekarang: disruption atau penggilasan.

---

Di tahun 1990-an, santer terdengar isu tentang perkembangan dunia telekomunikasi. Isu santer itu bernama Global System for Mobile-Communication atau yang disingkat dengan GSM. Ada isu besar, bahwa ada teknologi yang membuat manusia tak lagi berkomunikasi via kabel. Teknologi ini membuat manusia bisa terhubung secara nirkabel.

PT. Telkom saat itu tengah menikmati pembayaran tarif telepon fix line yang bersumber dari pembayaran telepon rumah, Telkom terbuai, namun beberapa orang meyakini 'Banjir Bandang' akan datang, lalu muncul yang kita sebut dengan GSM. Sejak tahun 1993, Telkom bergerak mendirikan bakal calon anak perusahaan berteknologi GSM. Kemudian berdirilah Telkomsel pada tahun 1995.

Membangun Telkomsel di tahun 1995, ibarat membangun Kapal di atas gunung. Tidak sedikit pesimisme dan cibiran berdatangan dari mereka yang tidak “mengimani” banjir bandang GSM. Itulah kabar burung yang Saya dengar dari para pendiri Telkomsel di generasi pertama. Mereka seakan orang-orang aneh dalam sejarah.

Telkomsel cukup terseok untuk menghadirkan layanan terbaik di tahun awal-awal pendiriannya. Pelanggan masih minim karena tekonologinya masih belum merata.

Sejarah berlalu dan banjir bandang pun terjadi. Arus GSM mengalir deras dan keras ke peradaban. Perangkat mobile phone menyesaki saku-saku penduduk Indonesia. Peradaban telepon rumah seakan-akan ditinggalkan. Sebagian masih dipertahankan untuk syarat pencairan kredit bank.

Kini Telkomsel telah menjadi pemasok mayoritas pendapatan Telkom Group. Perusahaan yang dahulu dicibir, kini mendadak menjadi “Bahtera Nuh” bagi perusahaan raksasa telekomunikasi di Indonesia itu.

Sejalan dengan cerita Nabi Nuh, teknologi GSM hadir bersamaan dengan teknologi internet, surat elektronik dan kerabatnya. Sebuah perusahaan jasa pengiriman nasional yang tak bisa Saya sebutkan namanya, tidak begitu mengimani kabar hadirnya “Banjir Bandang” Teknologi.

Kini perusahaan tersebut bertahan walau berat. Andai sempat membangun “Bahtera Nuh”-nya, Saya yakin, keadaan perusahaan tersebut bisa lebih baik dibandingkan saat ini.

Aset-aset perusahaan tersebut kini mulai menua dan tidak terawat. Model bisnis mereka kini mulai direvolusi menjadi payment gateway dan ekspedisi pengiriman barang. Walau terseok, mereka tetap bertahan. Persis seperti kampung paska banjir: recovery nya cukup berat.

---

Ada beberapa hal yang dapat kita petik ambil pelajaran.

Banjir Bandang Pasti Datang
Dalam dunia yang terus bergerak, perubahan adalah hal yang pasti terjadi. Hal yang jarang disadari adalah perubahan yang terjadi akan berdampak seperti banjir bandang. Perhatikan hal berikut ini,

Anda berbisnis di industri kapal feri yang termasuk moda angkutan laut jarak pendek. Biasanya menghubungkan pulau antar selat. Apa yang terjadi jika pemerintah berhasil membangun jembatan atau terowongan bawah laut? Banjir bandang datang.

Anda berbisnis pulsa, bagaimana jika suatu hari dunia bisa sepenuhnya terkoneksi internet, sehingga orang tidak perlu lagi membayar pulsa untuk berkomunikasi? Banjir bandang tiba.

Anda berbisnis lembaga kursus bahasa Inggris, bagaimana jika suatu saat, ada platform edukasi bahasa Inggris yang tidak lagi membutuhkan kehadiran fisik peserta didik? Pasti banjir bandang.

Bisnis apa pun yang sedang kita jalani hari ini, tidaklah lepas dari ancaman banjir bandang. Karena begitulah dunia senantiasa berubah.

Bangunlah Bahtera Nuh-mu
Banjir Bandang adalah keniscayaan, namun hal itu bukanlah ancaman ketika Anda berhasil membangun Kapal di atas gunung. Seperti Telkom yang berhasil membangun Telkomsel, Seperti Trans Grup yang berhasil memodifikasi Mall-nya menjadi sebuah wahana rekreasi, karena mereka menyadari bahwa orang tidak akan lagi datang ke mall untuk sekedar berbelanja, namun untuk rekreasi. Biarkan impulse buying sebagai trigernya.

Apakah sudah membangun kapal Nuh Anda?

Sang Penghina akan Tenggelam
Lihatlah kisah Nabi Nuh, mereka yang menghina akhirnya larut bersama banjir bandang. Ini persis seperti kesadaran Kodak akan kamera digital. Mereka mentertawakan konsep kamera digital yang tidak memiliki film di dalamnya. Kodak mentertawakan kapal Nuh yang telah dibangun Canon. Sekarang Kodak tenggelam dalam “kekufurannya” itu.

Begitulah Nokia yang mentertawakan Android, dimana Nokia sangat mengagung-agungkan sistem operasi syimbian-nya. Dan akhirnya mereka tenggelam bersama kesombongannya.

Begitulah biro-biro travel yang tidak segera move on ke perilaku digital. Mereka akhirnya harus gigit jari menonton Traveloka melahap hampir seluruh market share penjualan tiket mereka. Mereka tak berdaya tenggelam bersama banjir bandang perubahan.

---

Semoga Allah senantiasa melindungi Saya, Anda dan kita semua, dari ‘Banjir Bandang’ yang mungkin tak kuasa kita atasi. Dan semoga Allah menuntun Saya, Anda dan kita semua, agar mampu membangun Bahtera Nuh yang semestinya.

CEO Words
Kamis, 25 Februari 2016
Rendy Saputra - CEO KeKe Busana

0 Response to "Belajar Strategi Bisnis dari Kisah Nabi Nuh dalam Menghadapi “Banjir Bandang”"

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya :)

Jam Tangan Couple