PROMO JANUARI 2017

Sukses Mengikuti Bisnis Ala Rasulullah

Berbisnis ala rasulullah

Rasulullah merupakan suri tauladan yang baik bagi umat Islam. Beliau menjadi panutan setiap muslim dalam beribadah serta menjalani kehidupan sehari-hari, termasuk salah satunya dalam berbisnis.

Hukum jual beli menurut Islam
Bicara bisnis berarti bicara jual beli. Menurut etimologi, jual beli adalah pertukaran sesuatu dengan sesuatu (yang lain).

"Dan Allah SWT telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba." (QS Al-Baqarah: 275)

Hukum jual beli adalah mubah/boleh agar manusia dapat memenuhi kebutuhannya selama hidup di dunia ini. Tentunya ada ketentuan-ketentuan yang harus dipatuhi dan tidak boleh dilanggar.

Rukun dan syarat jual beli adalah ketentuan-ketentuan dalam jual beli yang harus dipenuhi agar jual beli sah menurut syara’ (hukum islam). Ada tiga rukun jual beli, yaitu:
1. Ada pihak pelaku akad (penjual dan pembeli)
2. Objek akad (barang/jasa dan harga)
3. Ijab qabul (perjanjian atau persetujuan)

Tidak semua jual beli sah dan halal, ada beberapa jual beli yang dilarang dalam Islam: 
1) Jual beli yang diharamkan
Menjual produk yang diharamkan dalam Islam/ diperoleh dengan cara yang tidak dibenarkan. Jual beli yang melanggar syar’i misalnya dengan cara menipu. Barang yang sebenarnya cacat dan tidak layak dijual tetap dijual dengan memanipulasi seakan-akan barang tersebut sangat berharga dan berkualitas. Ini adalah haram dan dilarang dalam agama, bagaimanapun bentuknya.

2) Barang yang tidak ia miliki
Misalnya seorang pembeli mencari barang tertentu, tetapi barang yang dicari tidak ada padamu. Kemudian kamu dan pembeli saling sepakat untuk melakukan akad dan menentukan harga dengan dibayar sekian, sementara itu barang belum menjadi hak milikmu atau si penjual. Kemudian kamu pergi membeli barang dimaksud dan menyerahkan kepada si pembeli.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah melarang cara berjual beli seperti ini. Dalam suatu riwayat, ada seorang sahabat bernama Hakim bin Hazam Radhiyallahu 'anhu berkata kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salalm : “Wahai, Rasulullah. Seseorang datang kepadaku. Dia ingin membeli sesuatu dariku, sementara barang yang dicari tidak ada padaku. Kemudian aku pergi ke pasar dan membelikan barang itu”. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

لَا تَبِعْ مَا لَيْسَ عِنْدَكَ

"Jangan menjual sesuatu yang tidak ada padamu." [HR Tirmidzi]. 

3)      Jual beli Najasy
Bentuk praktek najasy adalah seseorang yang telah ditugaskan menawar barang mendatangi penjual lalu menawar barang tersebut dengan harga yang lebih tinggi dari yang biasa. Hal itu dilakukannya dihadapan pembeli dengan tujuan memperdaya si pembeli. Sementara ia sendiri tidak berniat untuk membelinya, namun tujuannya semata-mata ingin memperdaya si pembeli dengan tawarannya tersebut. Ini termasuk bentuk penipuan.

Rasulullah sebagai suri tauladan yang baik bagi umat Islam
"Sesungguhnya telah ada dalam diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (al-Ahzab [33]: 21)

Setiap pebisnis muslim harus meneladani empat sifat Rasulullah yang diterapkan salah satunya dalam berbisnis: Shiddiq, Amanah, Fathonah, dan Tabligh. Empat sifat Rasulullah yang mulia ini diterapkan dalam berbisnis sehingga beliau memperoleh kesuksesan. Bahkan seorang tokoh barat, Michael H. Hart menobatkan Nabi Muhammad SAW sebagai sosok di urutan yang pertama dari 100 tokoh manusia yang paling berpengaruh di dunia.

Perjalanan bisnis Rasulullah SAW
Masalah klasik terhambat memulai bisnis menurut sebagian besar orang (mungkin kamu salah satunya) adalah MODAL (UANG).Padahal sebenarnya UANG adalah syarat kesekian. Tidak punya uang yang cukup bukan berarti tidak bisa menjadi pengusaha. Banyak yang bisa sukses tanpa modal uang, contohnya Rasulullah -> seorang enterpreneur yang sangat handal, pengusaha sukses, pedagang yang sangat besar di jamannya.

Beliau berbisnis sebelum masa kerasulannya, kisah perjalanan bisnisnya pun begitu menginspirasi.

Modal utama dalam memulai bisnis menurut pakar ekonomi syariah, Dr. Muhammad Syafii Antonio, M.Ec. :
1. Kepercayaan -> integritas dan kemampuan melakukan usaha.
Rasulullah membangun usaha dari kecil, dari sekadar menjadi pekerja.
Kemudian dipercaya menjadi supervisor, manajer, dan kemudian menjadi investor.
2. Kompetensi.
Seorang entrepreneur harus mempunyai taktik dan strategi untuk mengembangkan usahanya.
Mengutip dari Owner Volution Group: “You don’t need money, you need a better strategy”

Jika kita sudah jadi pengusaha/pedagang, berarti telah menjalankan sunnah Rasulullah SAW. Kembali lagi pada bahasan modal, Rasulullah SAW mengawali bisnisnya tidak memiliki modal berbentuk uang.

Sejak usia 6 tahun beliau sudah menjadi yatim piatu tanpa menerima uang warisan. Pertama kali Rasulullah SAW melakukan magang (internship) kepada pamannya Abu Thalib sejak usia 12 – 17 tahun sebagai penggembala kambing. Sama halnya jika kita menjadi seorang karyawan. Rasulullah SAW menyerap semua ilmu perdagangan dari pamannya dan partner bisnisnya.

Abu Thalib lalu mengajak Rasul berdagang di negeri Syam. Rasulullah mulai berdagang dengan mengambil barang dari pasar dan menjualkannya. Beliau mempelajari seluk beluk pasar dan bisnis global, seperti apa yang membuat pasar selalu bergerak roda ekonominya, apa yang membuat sebuah pasar ada kejujuran dan kecurangan serta bagaimana mengatasinya. Apa yang bisa membuat pelanggan senang berbisnis dengan kita, serta bagaimana selalu menjaga hubungan baik dengan mitra.

Rasul tahu tentang faktor-faktor yang merusak ataupun menghambat bisnis perdagangan atau juga merusak sistem pasar secara keseluruhan. Misalnya riba, trading in risk (gharar), menutupi atau menyembunyikan kerusakan barang yang dijual, kecurangan dalam timbangan, dan lain sebagainya.

Hal-hal tersebut tentu saja tidak dapat dijelaskan oleh mereka yang tidak terjun langsung di dalam area bisnisnya secara praktis serta tak merasakan dinamika perdagangan. Bahkan, Rasulullah SAW sudah berhasil membuktikan bahwa kesuksesan dalam berbisnis mampu dicapai tanpa memakai cara-cara bisnis nan haram.Gelar Al-Amin yang disematkan orang Arab kepada Rasulullah SAW, salah satunya diperoleh dari pengalamannya dalam berdagang. Ini karena beliau membangun personal reputation dan personal branding yang bagus.

Di usia 17 tahun Rasulullah SAW sudah menjadi seorang pemilik bisnis (business owner). Nabi Muhammad SAW sudah di beri mandat penuh oleh pamannya untuk berdagang dari dagangannya. Hingga usia 20 tahun beliau sudah hampir menguasai pusat bisnis global di jamannya. Menurut sejarah, Rasulullah sukses berbisinis di 6 kota, diantaranya adalah  Syam (Suriah), Bahrain, Yordania, Irak, Ethiopia, dan Yaman. Semuanya dijalani oleh Rasulullah dengan hasil yang sangat memuaskan, bahkan tidak merugi.

Memasuki umur 30-an Rasulullah sudah sukses menjadi seorang investor (Investment Manager). Banyak para pemilik modal dari Mekkah yang percaya kepada kemampuan Rasulullah SAW untuk memutar uang mereka menjadi lebih besar dengan menitipkannya kepada Rasulullah SAW. Bahkan orang Yahudi lebih mempercayai Nabi Muhammad untuk berdagang dan bekerjasama dalam berdagang.

Salah seorang yang tertarik berbisnis dengan Rasulullah adalah Siti Khadijah, seorang wanita pengusaha sukses. Ketertarikan Khadijah kepada Rasulullah SAW tidak hanya untuk urusan bisnis dan kejujuran Rasulullah, namun juga pada risalah Islam yang dibawa Rasulullah SAW, yang pada akhirnya ia menjadi istri pertama Rasulullah SAW.

Modal berbentuk uang bukanlah hambatan utama untuk memulai bisnis. Kalau modal menjadi kendala kita, jadikan kepercayaan orang lain sebagai modal utama. Kita jaga setiap amanah dari orang lain yang telah dipercayakan. Kita bisa jadi pengelola keuangannya. Dari hasil mengelola uang itu, tentunya kita akan mendapatkan bagi hasil (mudharabah).

Sikap mental Rasulullah dalam berwirausaha 
Bisnis adalah ibadah. Syaratnya niat lurus lillaahi ta’ala dan caranya benar di jalan Allah SWT. Salah satu caranya adalah mengikuti tuntunan Rasulullah SAW dalam berdagang. Kiat sukses berwirausaha ala Rasulullah:

1. Jujur, adil dan amanah
Dalam menjalankan bisnisnya, Rasulullah selalu mengutamakan sikap jujur, adil & menjaga amanah. Rasul mendapatkan barang dagangan dari Khadijah. Nabi Muhammad jujur kepada rekan bisnis dan pelanggannya. Rasulullah selalu menjelaskan apa adanya keunggulan dan juga kelemahan dari barang jualannya.

Rasul melarang berbohong, menipu, dan mengurangi timbangan serta kecurangan lainnya. Rasul pernah menyuruh melebihkan timbangan kepada pedagang muslim. Saat itu pedagang Yahudi curang dalam timbangan tapi bisnisnya berkembang. Tak sampai dua tahun para pedagang muslim sudah menguasai Madinah.

Kejujuran Rasulullah itulah yang menjadi ciri khas/brand dari bisnisnya. Banyak orang yang tertarik dengan bisnis Rasulullah karena kejujurannya. Sebagai pembeli, kita tentu akan memilih pedagang yang sudah terkenal jujur, karena merasa aman dan tidak akan ditipu.

Menepati janji. QS Al Maidah 1, "Wahai orang-orang yang beriman penuhilah janjimu." Rasulullah selalu menjaga kepercayaan pelanggan, diantaranya adalah selalu menepati janji. Beberapa pelanggan yang memesan barang selalu ditepati janjinya. Nabi Muhammad SAW selalu mengedepankan tanggung jawab kepada pelanggan dan integritas yang tinggi. Barang-barang yang dipesan oleh pelanggan akan disiapkan dan dikirimkan tepat waktu.

2. Mengutamakan kepuasan pelanggan
Kepuasaan pelanggan adalah nomor satu. Rasulullah menganggap segala keuntungan yang didapat adalah hadiah dari usaha. Ketika seseorang terbantukan dengan produk kita, itulah inti dari berbisnis ala Rasulullah.

Sopan santun dan hormati pelanggan. Rasulullah menganggap semua pelanggannya adalah saudaranya. Seperti yang dikemukakan oleh Rasulullah, ‘Sayangilah saudaramu layaknya menyayangi dirimu sendiri’. Konsumen adalah raja, selalu perlakukan konsumen dengan baik, sopan santun dan selalu hormati pelanggan.

3. Menjual produk berkualitas
Rasulullah memilah produk yang baik dan produk yang buruk. Bahkan Rasulullah tidak pernah menjual produk berkualitas rendah atau tidak pantas dijual. Rasulullah selalu menjaga mutu barang-barang yang dijualnya. Rasulullah selalu mengelompokkan harga barang sesuai dengan kualitasnya. Harga barang yang kualitasnya baik akan dihargai lebih mahal dibandingkan dengan kualitas yang biasa saja.

Dalam suatu kisah, Rasulullah pernah marah kepada seorang pedagang karena menyembunyikan jagung yang basah diantara jagung yang bagus. Jagung basah tersebut seharusnya diletakkan di atas karena pelanggan harus tahu. Trik ini sangat dihindari oleh Rasulullah karena bisa menipu pembeli.

4. Tidak menjelekkan bisnis orang lain

"Janganlah seseorang di antara kalian menjual dengan maksud untuk menjelekkan apa yang dijual orang lain." (HR Muttafaq)

Prinsip berbisnis adalah memuaskan pelanggan, bukan mematikan bisnis orang lain. Jangan mengatakan bahwa bisnis si A lebih jelek daripada bisnis kita. Harusnya menonjolkan kualitas produk, biarkan pelanggan yang menilai. Bukan mengalahkan atau menjatuhkan kompetitor, tapi berkolaborasi dengan mereka.

5. Tidak menimbun (ihtikar)
Menyimpan barang agar mendapatkan keuntungan di kemudian hari dalam Islam disebut ihtikar. Hal ini sangat dilarang.

6. Membayar upah para pekerja secara tepat waktu

‘Berikanlah upah kepada karyawan sebelum kering keringatnya’ (HR Ibnu Majah)

Maksud dari hadits ini adalah jangan menunda-nunda upah karyawan. Ketika menggaji karyawan setiap tanggal satu, usahakan selalu tepat waktu. Pembayaran upah harus sesuai dengan kerja yang dilakukan.

7. Bisnis tidak boleh mengganggu ibadah
Allah SWT tidak menyukai orang yang terlalu sibuk berdagang sehingga melupakan kewajibannya, yaitu beribadah. Kebanyakan orang berdagang atau bekerja terlalu keras sehingga lupa waktu sholat dan bahkan lupa untuk membayar zakat.

8. Menjauhi riba dan rajin sedekah
Bisnis harus bebas dari riba, sehingga bisnis kita berkah. Banyak pengusaha yang akhirnya terlilit hutang riba sehingga mengalami kebangkrutan.

Sedekahlah maka kamu akan kaya. Jangan lupa berzakat dan berinfaq. Rasulullah menyedekahkan begitu banyak hartanya dan mengambil sedikit saja untuk kebutuhan diri dan keluarganya.

Prinsip bisnis:
1. Bekerja = Jalan Menuju Surga
Bekerja dan menjadi kaya-raya bukanlah sebuah kesalahan. Kekayaan bisa digunakan untuk mendukung kegiatan dakwah dan ibadah kepada Allah SWT. Dalam sebuah hadis disebutkan, "Barangsiapa yang di waktu sorenya merasakan kelelahan sebab bekerja dan berkarya dengan tangannya sendiri, maka di waktu sore itulah ia terampuni dosanya." (HR. Thabrani dan Baihaqi).

2. Berani Mewujudkan Mimpi
Rasulullah ialah orang yang memiliki impian besar dan selalu berusaha mewujudkan mimpi tersebut. Jadi, bagi yang ingin berhasil dalam global bisnis, ikutilah jejak Rasulullah dalam berbisnis. Miliki impian besar dan bersusahalah semaksimal mungkin untuk mewujudkan mimpi tersebut.

3. Berpikir ke Depan, Kreatif, dan Siap Menghadapi Perubahan
Hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok harus lebih baik daripada hari ini. Merugilah jika hari ini sama dengan hari kemarin, dan celaka jika hari ini lebih jelek daripada hari kemarin.

4. Memiliki Perencanaan dan Tujuan
Sebelum memulai bisnis, Rasulullah terlebih dahulu memiliki perencanaan dan tujuan serta belajar menguasai keahlian yang dibutuhkan. Dengan begitu, semua tindakan yang dilakukan menjadi lebih terfokus.

5. Berbisnis dengan Cinta dan Bersyukur
Rasulullah mencintai pekerjaannya dan selalu bertindak dengan penuh rasa cinta, termasuk saat berbisnis dengan para relasinya. Sementara itu, bersyukur dan mensyukuri nikmat Allah akan mendatangkan kemudahan dalam menjemput rezeki dan meraih kesuksesan.

Strategi berbisnis ala Rasullullah
1. Carilah keuntungan yang wajar
Jika pembeli bertanya, sebutkan harga modalnya secara jujur.
2. Beri waktu kepada para pelanggan yang tidak mampu membayar kontan (tunai) untuk melunasinya
Bila dia betul-betul tidak mampu membayar setelah masa tenggat pengunduran itu, padahal dia telah berusaha, maka ikhlaskanlah, walaupun berat yang penting berkah.
3. Hindari sumpah yang berlebihan
Hindari sumpah berlebihan dan sumpah palsu untuk mengelabui konsumen
4. Lakukan transaksi jika telah ada kata sepakat antara penjual dan pembeli (ijab qabul)
5. Lakukan penimbangan dan penakaran dengan benar dan boleh dilebihkan untuk bonus dan strategi promosi
6. Ingatkan pembeli yang membayar di muka bahwa ia tidak boleh menjualnya sebelum barang tersebut benar-benar menjadi miliknya (terbayar lunas terlebih dahulu)
7. Jangan melakukan transaksi monopoli dalam perdagangan, berikan kesempatan yang lain untuk berdagang juga

Cara Merintis Bisnis
1. Fokus dan konsentrasi
Rasulullah selalu fokus terhadap bisnis yang beliau tekuni, tidak mengerjakan bisnis yang satu ke satunya lagi sebelum beliau menyelesaikannya.

2. Mempunyai tujuan dan rencana yang jelas

3. Merintis bisnis dari nol
Kesuksesan beliau tidak datang dalam satu malam, tetapi harus dimulai dari langkah-langkah kecil. Dari seorang Karyawan/Sales hingga jadi Owner.

4. Tidak mudah putus asa
Beliau Berkata : “Janganlah kamu berdua putus asa dari rizki selama kepalamu masih bergerak. Karena manusia dilahirkan ibunya dalam keadaan merah tidak mempunyai baju, kemudian Allah SWT memberikan rizki kepadanya” (HR.Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya)

5. Berusaha menjadi trend center

6. Inovatif
Semua barang yang dijual Rasul selalu berbeda dari kompetitornya, dengan harga murah tetapi berkualitas tinggi.

7. Memahami kondisi pasar

8. Kemampuan merespon strategi pesaing

9. Belajar menguasai pasar
Dikisahkan ketika beliau di Mekkah, para pedagang dari kaum Quraisy ingin menjatuhkan bisnisnya dengan menjatuhkan harga dengan tidak wajar. Beliau menerapkan hukum Supply & Demand, beliau menyiasati dan bersabar. Hingga semua dagangan para kompetitornya habis semua.

Rasul baru menjual dagangannya karena percaya kalau jumlah permintaan (Demand) jauh lebih tinggi dari jumlah penawaran (Supply) di kota itu. Tak lama kemudian rakyat kota tersebut membeli barang dagangan Rasul dengan harga normal, ketika rombongan pedagang itu pulang, Mekkah gempar. Semua pedagang rugi akibat banting harga kecuali Nabi Muhammad SAW yang untung besar. Itulah kejelian melihat, menganalisis, dan memahami pasar.

10. Mampu memanajemen organisasi secara efektif

11. Bisa menghilangkan mental blocking
Disebut dengan ketakutan yang berlebihan dalam menghadapi kegagalan usaha. Rasul selalu bisa mengalahkan diri sendiri dari hal-hal negatif (mujahadah).

12. Mampu menarik dan meyakinkan pemilik modal untuk ikut serta dalam bisnis yang dilaksanakan

Bersabarlah dalam manapaki bisnis. Raih kemuliaan tidak hanya diakhirnya (sukses), namun juga dalam prosesnya. Di mana ada kemauan, di situ ada jalan. Di mana ada jalan, ya jalani dong :)

0 Response to "Sukses Mengikuti Bisnis Ala Rasulullah"

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya :)

Jam Tangan Couple